Wednesday, April 18, 2012

Sejarah Gamelan & Makna

Kata gamelan sendiri berasal dari bahwa Jawa "gamel" yang berarti memukul/ menabuh, diikuti akhiran "an" yang menjadikannya sebagai kata benda. Sedangkan istilah gamelan mempunyai arti satu kesatuan alat musik yang dimainkan bersama
.

Muasal gamelan.

Tidak ada kejelasan tentang sejarah tercaiptanya alat musik ini. Tetapi, gamelan diperkirakan lahir pada saat budaya luar dari jaman Hindu-Budha mendominasi Indonesia. Walaupun pada perkembangannya ada perbedaan dengan musik asli India, tetap ada beberapa ciri yang tidak hilang, salah satunya adalah cara "menyanyikan" lagunya. Penyanyi pria biasa disebut Wiraswara dan penyanyi wanita disebut Waranggana.
Menurut mitologi Jawa, gamelan diciptakan oleh Sang Hyang Guru pada era Saka. Beliau adalah Dewa yang menguasai seluruh tanah Jawa, dengan istana yang berada di gunung Mahendra di daerah Medang Kamulan (sekarang Gunung Lawu).
Alat musik gamelan yang pertama kali diciptakan adalah "gong", yang digunakan untuk memanggil para Deva. Setelah itu, untuk menyampaikan pesan khusu. Sang Hyang Guru kembali menciptakan beberapa peralatan lain seperti dua gong, sampai akhirnya terbentuklah seperangkat gamelam.

Pada jaman Mojopahit, alat musik gamelan mengalami perkembangan yang sangat baik hingga mencapai bentuk seperti sekarang ini dan tersebar di beberapa daerah seperti Bali, dan Sunda.

Bukti otentik yang pertama tentang keberadaan gamelan ditemukan di Candi Borobudur, Magelang Jawa Tengah yang berdiri sejak abad ke 8. Pada reliefnya terlihat beberapa peralatan seperti suling bambu, lonceng, kendhang dalam berbagai ukuran, kecapi, alat musik berdawai yang digesek dan dipetik, termasuk sedikit gambaran tentang elemen alat musik logam. Perkembangan selanjutnya, gamelan dipakai untuk mengiringi pagelaran wayang dan tarian. Sampai akhirnya berdiri sebagai musik sendiri dan dilengkapi denga suara para sinden.
Gamelan yang berkembang di Jawa Tengah, sedikit berbeda dengan Gamelan Bali ataupun Gamelan Sunda. Gamelan Jawa memiliki nada yang lebih lembut apabila dibandingkan dengan Gamelan Bali yang rancak serta Gamelan Sunda yang mendayu-dayu dan didominasi suara seruling. Menurut beberapa penelitian, perbedaan itu adalah akibat dari pengungkapan terhadap pandangan hidup "orang Jawa" pada umumnya.

Pandangan yang dimaksud adalah: sebagai orang Jawa, selalu "memelihara keselarasan kehidupan jasmani dan rohani, serta keselarasan dalam berbicara dan bertindak". oleh sebab itu, "orang Jawa" selalu menghindari ekspresi yang temperamental tetapi berusaha mewujudkan toleransi antar sesama. Wujud paling nyata dalam musik gamelan adalah tarikan tali rebab yang sedang, panduan keseimbangan bunyi kenong, saron, kendhang dan gambang serta suara gong pada setiap penutup irama.

penelaan dan pembuatan orkes gamelan adalah suatu proses yang sangat kompleks. Gamelan menggunakan empat cara penalaan, yaitu "Slendr", "Pelog", "Degung" (khusus daerah Sunda) dan "madeda" (juga dikenal sebagai diatonis), sama seperti skala minor asli yang banyak dipakai di Eropah.
  • Slendro memiliki 5 nada per oktaf, yaitu: 1 2 3 4 5 6 [C-D E+ G A] dengan perbedaan interval kecil.
  • Pelog memiliki 7 nada per oktaf, yaitu: 1 2 3 4 5 6 7 [C+ D E F#G#A B] dengan perbedaan interval besar
Komposisi musik gamelan diciptakan dengan beberapa aturan, yang terdiri dari beberapa putaran dan pethet. dibatasi oleh satu gongan serta melodinya. diciptakan dalam unit yang terdiri dari 4 nada.
komponen utama alat musik gamelan adalah: bambu, logam, dan kayu. Masing-masing alat memiliki fungsi tersendiri dalam pagelaran musik gamelan.
  1. Bonang dan kenong, memiliki suara yang hampir sama yaitu: nang, ning, nong, nung. Nang berarti ana (ada), ning berarti bening (jernih), nong berarti plong (mengerti) dan nung berarti dunung (sadar), maksudnya setelah menusia ada, lalu berfikir dengan hati yang bening maka dapat mengerti sehingga dunung (sadar) bahwa keberadaannya tentu ada yang menciptakan yaitu Sang Maha Pencipta (Alloh).
  2. Kethuk bunyinya Thuk, artinya mathuk (setuju, cocok).
  3. Kendhang, yang mengendalikan irama cepat atau lambat. Bunyinya dang, dang, dang. Ndang artinya segeralah, berarti manusia segera beribadah kepada Alloh SWT.
  4. Kempul, artinya kumpul (berkumpul) atau berjama'ah. Setelah ditabuh sekali, dua kali, tiga kali disusul bunyi gong. Semua amal ibadah kita ditujukan kepada yang Maha Agung.
  5. Saron, Demung, Slentheng sebagai pemaku lagi memiliki tugas baku sebagai saka guru bermakna iman yang kuat.
  6. Gender, Gambang, Siter merupakan pemangku Yatmaka, maksudnya jiwa yang sempurna.
  7. Rebab dari kata " Abab", yaitu hawa yang keluar dari mulut, maksudnya nafsu pernafasan atau hawa nafsu. Manusia harus dapat mengendalikan hawa nafsunya.
  8. Suling artinya eling (ingat). Ingat bahwa ada kehidupan yang kekal dan bahagia hanya dapat dicapai dengan amal ibadah sebanyak-banyaknya.
  9. Gong yang dibunyikan terakhir berarti selesai, bunyinya gung artinya yang Maha Agung.
Mengenai gamelan dapat dikemukakan keterangan berikut.

Seperti pertunjukan wayang, gamelan pun sudah ada sebelum Islam masuk tanah air kita. Bahkan ada pendapat, bahwa wayang, gamelan, batik, huruf Jawa sudah ada sebelum Hindu. Gamelan selalu dibunyikan untuk meramaikan pesta-pesta dikalangan rakyat dan merupakan kegemaran bagi rakyat yang telah mendarah daging, bahkan seakan telah meresap dalam tulang sungsum orang Indonesia. Dan karena alasan seperti itulah Islam mengambil sikap toleran untuk mensiarkan da'wahnya. Maka pada periode perkembangan jaman masuknya Islam ke tanah air merasa sebagai ajaran asing, Para juru da'wahnya mencoba secara bijak menggubah disana sini pemaknaan arti alat gamelan, menggubah tembang, wayang, dengan sikap toleran dan bijaksana agar tujuan dakwah bisa dicapai tanpa merubah atau merusak tatanan yang sudah ada dan digemari oleh seluruh bangsa Indonesia.
Hal ini sangat berbeda sekali dengan yang terjadi pada generasi penerus yang cenderung ingin merusak tatanan bahkan memerangi apa yang telah ditata secara apik oleh para leluhur kita. Tanpa mau mengkaji pesan yang ada dibalik semua karya cipta dari budaya bangsa kita.

Jaman Islam

Usaha menggubah gamelan dan wayang serta tembang oleh para Wali untuk memanfaatkan budaya adiluhung dari bangsa kita sebagai sarana da'wah akan diterima dengan baik, karena gubahan yang saya maksud tidak mengurangi nilai arti yang dilambangkan.
Gamelan terdiri dari bermacam alat masing-masing punya fungsi dan nama sendiri-sendiri untuk menyertai pertunjukan wayang kulit, maka seluruh gamelan dibunyikan bersama. Bak konser atau kumpulan suara yang laras dan teratur menurut tempo dan iramanya. Konser tersebut telah melambangkan usaha gotong royong yang selaras dan harmonis merupakan suatu keseragaman.
Usaha dalam mencapai tujuan yang luhur, yaitu nerhasilnya pagelaran wayang kulit yang sebenarnya merupakan usaha keagamaan yang vital dan suci, yaitu da'wah Islam dengan jalan mendalami makna tokoh-tokoh, kejadian-kejadian dan seluruh unsur wayang. Berdasarkan tujuan inilah maka pada unsur-unsur gamelan telah diberikan makna tertentu dengan maksud agar seluruh unsur-unsur di dalam wayang dalam pertunjukan dapat mengenai sasaran yang tepat, yaitu melaksanakan da'wah Islam, agar rakyat dapat dibawa ke arah melaksanakan ibadah menurut ajaran Islam yang benar.
Seluruh kumpulan gamelan itu mempunyai 3 (tiga) kelompok, gamelan yang masing-masing larasnya sendiri atau susunan nada sendiri:

  1. Yang tidak atau belum Islam
  2. Golongan yg telah melaksanakan ibadah menurut ajaran Islam dan
  3. Golongan setengah-setengah.
Maksudnya bagaimanapun juga keadaannya ketiga macam golongan dalam masyarakat itu selalu ada. Laras masing-masing membawa suasana hati sendiri-sendiri: Gembira, sedih, tergesah-gesah dan mantab, dll.
Mengenai hal semacam itu kita harus dapar olah rasa = lah + ras = laras, karena soal da'wah adalah yang mirasa untuk golongan yang sesuai (niscaya dengan enak dirasakannya). Dalam hal ini mutu kecakapan, keluhuran, kebijaksanaan dan kemampuan da'wah Islam untuk membawa 2 (dua) golongan yang lain, yang belum atau yang setengah-setengah menuju pada pelaksanaan ibadah menurut Ajaran Islam yang sebenarnya. Da'wah Islam yang mirasa artinya da'wah yang sami + rasa yang sama-sama enak, atau sama-sama baik dirasakan dan didengarkan.
Usaha untuk mencapai tujuan itu harus dilaksanakan dengan sabar, rajin dan sebaik-baiknya, tetapi mengenai hasilnya, tergantung kepada keridloan Alloh sepenuhnya, yang di tambahkan dengan "kenong" (yen kepareng Hyang Winong), yang berarti apabila diridloi Alloh yang disembah Manusia. Manusia hanya berusaha menyadarkan, adapun orang menjadi sadar atau tidak. Itu Alloh sendiri yang menentukan.

Nama dan Makna alat gamelan menurut gubahan baru (Islam)
sekumpulan gamelan alat-alat pokony ada 14 (empat belas) macam yaitu:

  1. Rebab          6. Kendang.                   
  2. Gender         7. Suling                 11. Kethukl
  3. Penerus        8. Penambang         12. Kempul
  4. Sarong          9. Clempung           13. Kenong
  5. Gambang     10. Bonang               14. Gong.           
Tiap alat mempunyai makna sendiri menurut gubahan para wali sebagai sarana da'wah Islam. Atas dasar inilah di kemukakan sebagai berikut:

  • Rebab: kata rebab berasal dari suku reb + bab = karep + bab = kehendak dan persoalan; yang demikian itu memberi petunjuk bahwa rebab membawakan makna tertentu. Dalam usaha untuk mencapai tujuan, kehendak atau maksud dan seluruh persoalan perlu dikemukakan lebih dahulu. Yang perlu diingat bahwa tiap-tiap lagu atau gending dalam memainkannya dengan gamelan selalu dimulai dengan membunyikan rebab, yang kemudian segera diikuti dengan beberapa alat gamelan lain, dan akhirnya gong. Bila rebab tidak ada, maka genderlah yang mulai. Dalam hal ini bonang pun dapat menjadi penggantinya. Pembukaan ini sudah merupakan pembeberan singkat cara mencapai tujuan, yaitu:
    1. Maksud dan Persoalan ditetapkan dulu
    2. Usaha perlu diadakan, bahwa harus diadakan secara positif
    3. Akhirnya sampailah kita pada tujuan dan hasil yang dimaksudkan.
    4. Bersyukur ke hadirat Alloh Tuhan Yang Maha Agung
           Jadi rebab memberi arah segala usaha. Adapun maksud dan bab atau persoalannya jelas, yaitu    
           mengadakan penyiaran ajakan yang baik di ikuti. Menurut ajaran Islam, untuk membawa rakyat
           beribadah adalah asal pokok yang harus diteruskan dari generasi ke generasi; satu generasi tidak
           diberi ajaran ini, akan kaburlah generasi seterusnya.
  • Gender: Kata 'gender berasal dari 'gendera' yang tempatnya ada di muka dan di atas. Indonesianya "bendera". Tugas gender dalam konser gamelan selalu mengadakan permulaan dulu, atau dibunyikan dahulu, apabila tidak ada rebab: suaranya selalu mendahului dan mengatasi alat-alat gamelan yang lain. Semuannya itu membawakan makna, bahwa untuk mencapai sesuatu tujuan, dalam hal penyiaran ajaran Islam, harus ada yang mengambil inisiatif: harus ada pula yang memberi tuntunan, harus ada yang memimpin, dalam melaksanakan ibadah bersama atau berjamaah, hanya ada imamnya. Seorang imam harus di pilih yang sehat, cakap dan mampu untuk memimpin. Pemukul alat gender adalah seorang yang ahli dalam gending.
  • Penerus: Kata "Penerus" berati ' yang meneruskan" = anak keturunan = generasi, yang tugasnya memang menerima kebudayaan orang tua dan meneruskan kebudayaan itu kepada keturunan mereka sendiri. Penerus ujudnya seperti gender, tetapi dengan ukuran yang lebih kecil, sedangkan permukaannya lebih banyak dan lebih 'ramai' dari pada gender yang dalam ukuran lebih besar dan disebut juga 'barung'. Barung dapat pula berasal dari: 'bar + ung = sabar  + unggul. Barung adalah gender besar yang melambangkan seorang pemimpin yang ingin besar, jaya dan unggul harus ber hati dan berlaku sabar. Tidak gegabah dan ceroboh segala sesuatu serba teliti, hati-hati dan telaten (tidak tergesah-gesah) kata 'barung' berasal dari: sama-sama didorong, barung= bareng + surung= bareng disurung.                                                                                                                                       maka sesudah gender berbunyi, alat-alat gamelan lainnya mendorong dan membantu, dan dibunyikan ; juga penerus meneruskan penyelesaian gending atau lagu yang sudah dimulai itu. Semua itu membawakan makna, bahwa tujuan penyiaran agama Islam untuk menegakkan ibadah Islam, yang inisiatifnya telah dimulai oleh nenek-moyang kita bersama-sama. DIteruskan secara kontinyu, artinya tetap terus menerus tanpa henti. Apabila tujuannya untuk membawa rakyat menjalakan ibadah belum tercapai harus diteruskan dari generasi ke generasi, karena tiap-tiap generasi baru harus di didik dan meneruskan pendidikan beribadah menurut Islam kepada generasi berikutnya. Usaha mendidik Rakyat untuk menjalankan ibadah, baik secara perseorangan maupun jama'ah. Khususnya maupun ibadah umum, harus diteruskan sampai akhir jaman secara bersama-sama. Demikian pula dalam usaha mencapai tujuan-tujuan yang luhur lainnya.
  • Sarong: Kata 'saron' berasal dari 'saron', yang berarti 'sero' atau secara 'keras'. Tiap-tiap lagu atau gending cara memainkannya dapat secara lambat, lmbat sekali, sedang, sangat cepat, sangar lemah, sedang, keras, menurut sifat lagu atau gending yang sedang dimainkan, atau mengingat suasana pertunjukan wayang yang sedang dipergelarkan. Dalam suasana yang hangat maka gending dimainkan cepat dan keras dan kadang-kadang malah cepat dan keras sekali. Ini dapat dilaksanakan dengan pemukulan saron yang dibuat dari logam yang tebal-tebal. Untuk ini dapat pula dipukul saron besar yang disebut demung (dem +ung) = gandem + unggul; dakwah Islam harus dapat gandem artinya dapat membawakan kenikmatan apabila didengarkan rakyat, sedang isinya laras unggul = luhur = bermutu tinggi dan harmonis seperti suara "Gong" pada akhir suatu lagu yang serem dan gandem (mantab enak kalau didengar). kesemuannya untuk membawa makna, bahwa mendekatkan usaha kepada tujuan, maka usaha harus diperkeras dengan usaha yang bermacam-macam, mendalam serta bijaksana. Dalam hal ini maka usaha dakwah Islam dapat diusahakan secar masal dengan pengajian-pengajian di lembaga-lembaga pemerintahan dalam negara: semua dilaksanakan dengan cara berdakwah yang teratur, bijaksana dan pada waktu-waktu tertentu yang agak sering.
  • Gambang: kata 'gabang' berasal dari suku kata gam + bang = gamblang + timbang = jelas + seimbang, atau jelas dan dpertimbangkan, artinya 
  • Kendang

20 comments:

  1. terimakasih,
    saya pernah sekali mencoba memainkan gamelan ketika diajak saudara.
    sekilas yang saya rasakan memang tidak bisa dimainkan lebih ekspresif seperti gitar.
    serta ada pendapat dari Saudara tsb yang mengatakan bahwa bermain gamelan bisa menunjukkan sifat dari orang, misalnya saya sering terlambat dan kadang pelupa sehingga saat memegang Bonang pun sering terlambat mengambil ketukannya. dan ternyata hal tersebut terjadi.
    apakah pendapat tersebut memang benar Bapak?
    terimakasih atas penjelasa di atas.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Karena itu dalam memainkan alat gamelan yang perlu diperhatikan bukan sekedar memukul saja, tetapi bisa belajar berkonsentrasi menguasai diri, kemudian belajar menyesuaikan dengan irama alam (lingkungan) dalam hal ini iraman dari alat gamelan lainnya. Jika memang sudah tinarbuka hal itu dapat di gunakan untuk mengukur sifat seseorang dalam nglaras rasa tsb.

      Delete
    2. inggih Bapak terimakasih atas doa, nasihat dan petunjuknya.

      Delete
  2. Selamat Sore Bapak.
    Terima kasih bapak, saya jadi lebih tahu tentang makna Gamelan.
    Saya sering menabuh gamelan Bali saat upacara adat, saya sering mengamati teman-teman saya, ada yang suka terhadap salah satu instrumen gamelan dibanding yang lain, misalnya ada teman saya lebih menyukai menabuh kendhang dibanding instrumen gamelan yang lain, saya sendiri lebih suka menabuh gender. Adakah kaitan antara hal tersebut dengan kepribadian seseorang Bapak? Mohon diberikan petunjuk Bapak.

    Terima kasih Bapak
    Noek

    ReplyDelete
    Replies
    1. Benar demikian adanya, karena semua alat instrumen tersebut memang mempunyai makna seperti yang di simbolkan dengan makna masing-masing alat. Di sarankan kalau bisa dalam belajar menguasai permainan alat instrumen semua bagian di coba dimankan. Yang paling disukai yang mana pada akhirnya. Penghayatan dalam lemainkan alat instrumen gamelan sangat penting sekali. untuk " nglaras rasa".

      Delete
  3. Terimakasih Bapak...melalui artikel Bapak mengenai filosofi gamelan. Menjadikan tambahan ngelmu bagi diri saya..asal muasal penciptaan alat musik, penamaan alat musik, dan cara memainkannya mempunyai nilai filosofi yang tinggi bagi kehidupan kita, kalau kita mau mempelajari, menelaah, dan memahaminya sebagai wujud nguri-uri budaya warisan leluhur. Sehingga kita bisa disebut sebagai generasi yang tidak melupakan asal muasalnya.."kacang ojok ninggal lanjarane".
    Ada satu hal yang akan saya tanyakan Bapak, jika berkenan..di daerah saya ada banyak sekali perkumpulan "Kuda Lumping" atau "Jaran Kepang" dalam bahasa Jawa.
    Yg menjadi pengamatan dan pertanyaan saya adalah : setiap menjelang "kalap" atau "trans" bagi pemain kuda lumping..selalu diawali dan diiringi dengan suara "Kendhang" dengan tempo cepat dan nada yang semakin tinggi. Setelah membaca artikel Bapak, saya mempunyai pemahaman mengenai "Kendhang". Bahwa sesuai filosofi arti "Kendhang" yang ndang..ndang..ndang..manusia ndang segera beribadah kepada Alloh SWT...tapi karena "Kuda Lumping" adalah sebagai sarana hiburan salah satunya..maka terjadi perbedaan pemaknaan pemahaman arti kata "ndang..ndang..ndang". Dalam Kuda Lumping pemaknaan kata ini dimaknai sebagai "Ndang..ndang..ndang..mlebuo marang rogone si A (pemain kuda lumping)"..yang terjadi kemudian adalah pemain kuda lumping menjadi "Kalap" atau "Trans". Demikian pemahaman saya Bapak. Apakah benar seperti itu? Apabila ada kata yg kurang berkenan karena kurang toto..Nyuwun gunging samodra pangaksami. Maturnuwun..Keparenga nyuwun pithedah Bapak.

    ReplyDelete
  4. Terimakasih Bapak.
    dari pengalaman saya belajar gamelan, saya sudah mendapatkan berbagai macam materi gending seperti Lancaran, Ketawang, Ladrang.

    waktu itu saya diajarkan utk memegang beberapa alat, seperti bonang barung jg bonang penerus, demung, saron, Gong & kendhang. dari sana saya mengenal adanya nada slendro & Pelog.

    waktu saya belajar menabuhnya, saya merasa ada beberapa perbedaan. saya merasa kalau nada pelog itu cukup bersemangat, nadanya selalu riang, bergembira. sedangkan untuk nada slendro merasa kalem, luwes, lebih berbobot, lebih tenang.

    waktu pertama belajar saya banyak tertinggal, dalam membaca partitur & harus benar2 konsentrasi dalam Membunyikannya. waktu memainkan gamelan, saya merasakan adanya sebuah kepuasan, rasa senang, tenang, kesabaran & bisa fokus serta melatih konsentrasi. sehingga setelah belajar sekian lama saya bs merasakan apabila salah satu rekan salah atau terlambat dalam membunyikan nada & saya bs merasakannya.

    saya merasakan adanya keseimbangan didalamnya, saling mengisi & melengkapi satu sama lain walau terdiri dari beberapa instrument.

    saya juga belajar memainkan Kendhang waktu mengambil spesialisasi, saya baru menyadari pentingnya peran penggendhang dalam Mengatur Tempo, & untuk menentukan suwukan atau penutup dari Gendhing tersebut.
    saya kadang diperingatkan oleh pelatih gamelan saya. dalam memainkan kendhang Kadang Tempo saya Mencepat atau Melambat Dengan Sendirinya. apakah tersebut ada pengaruh dr Pribadi saya Bapak?


    Saya merasa Bangga bisa memainkan gamelan, ikut melestarikan Budaya yang Sungguh Sangatlah Indah, Harmonis & Luhur.

    saya kadang merasa malu & menyayangkan, waktu melihat berbagai macam video orang barat atau bule di Internet, mereka cukup terampil serta mau belajar sungguh2 memainkannya. mereka belajar menyanyikan Gendhing2nya, walau terdengar aneh ditelinga tp mereka berusaha untuk bisa. sedangkan di tempat asalnya Musik Gamelan Diangap sebagai hal yang Kuno dianggap Ketinggalan Jaman, & mulai ditinggalkan.

    Terimakasih Bapak atas penjelasannya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Gamelan ini bisa disebut juga irama dewa, karena dari muasal cerita mengenai gamelan ini dibuat oleh para dewa. Dalam irama gamelan digunakan untuk mengarahkan hasrat yang terdalam dari diri kita untuk menemukan kenikmatan, kebahagiaan, kemerdekaan jiwa, ketentraman, melepas semua emosi, dls. Oleh karena itu ada irama "magi" artinya dari irama yang dihasilkan dari nglaras rasa, benar-benar dapat membuat orang terkesima untuk ikut serta menikmati alunan gamelan. Dengan mendengar maupun memainkan akan mendidik kita untuk lebih memahami arti hidup dan kehidupan sebagai manusia, dalam rangka menemukan jati dirinya. Kalau pandangan generasi muda yang menganggap gamelan semacam barang kuno, itu golongan yang tak mau tahu jati diri bangsanya. Trimakasih tanggapannya @ Eri

      Delete
    2. Terima kasih Bapak atas segala petunjuk & bimbingannya. mohon maaf sebesar besarnya apabila ada kata yang kurang berkenan.

      Delete
  5. Terima Kasih Bapak atas pengetahuan filosofi tentang gamelan. Ini sebenarnya menjawab rasa penasaran saya terhadap apa makna simbolis dari masing2 peralatan tersebut. Saya bersama Bapak2 RW di lingkungan setiap jumat malam kalau tidak ada acara, secara rutin latihan karawitan. Kebetulan yang saya pegang adalah saron. Sering saya merasakan kalau saat saya dan Bapak2 menabuh saya merasakan alam sekitar hening dan banyak yang menyaksikan. Apalagi kalau yang ditabuh waktu tembang2 yang menurut saya klasik seperti pangkur dll. Pernah sekali saat waranggononya menyanyikan tembang pangkur kenapa hati saya menjadi gundah? Tapi kalau sinom biasa saja? Apakah ada kaitannya isi dari tembang tersebut terhadap situasi spikologis atau emosi saya saat itu?. Menabuh gamelan membawa menurut saya bisa membawaa kenikmatan dan ketenangan tersendiri, selain itu juga menggali rasa soalnya saat menabuh selain keteepatan nada juga diperlukan kepekaan rasa untuk menyelaraskan dengan instrumen lainnya, saat kita salah secara otomatis akan mengetahui sendiri Bapak tanpa kita ditegur oleh yang lainnya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Mohon maaaf Bapak ini saya masih belajar menuliskan komen menggunakan BB yang Ki_Anom diatas adalah saya Bagus Anom. Padahal email saya Bagus_Anom tapi ini ndak tahu ko yang keluar jadi Ki_Anom. Nanti saya akan ganti dengan nama Asli. Nyuwun pangapunteen ingkang katah.

      Delete
    2. Trimakasih Ki Anom sudah mau memberi tanggapan mengenai gamelan ini,jangan sungkang-2 untuk menyampaikan ekspresinya. Alhamdulillah saya juga bisa mengenali dengan baik sebutan sampeyan kok. Dilatih terus Ki Anom belajar kerawitanya. Agar dapat memperoleh keselarasan rasa sebagaimana yang kita pelajari sebagai bagian ajaran nenek moyang kita. Jangan takut dibilang kuno dan ketinggalan jaman karena kalau mau "nguri-uri budaya nenek moyang" kita akan selalu mendapatkan tuntunan dan pengayoman dg do'a dari para leluhur kita. Insya allah bisa jadi manusia utama (kang duweni kaluhuraning Budi).

      Delete
    3. amin... injeh Bapak terima kasih banyak atas segala bimbingan, doa dan safaat yang telah bapak berikan

      Delete
  6. Sugeng dalu, Bapak...Matursembahnuwun dhateng tambahan ngelmu serta wawsan melalui artikel ini.
    Yang saya rasakan perbandingannya antara Musik modern (Pop, Rock, dsb.) dengan Musik Gamelan untuk saat ini adalah tempo dan irama.
    Musisi modern biasa menggunakan metronome untuk melatih sense temponya, dapat dilihat pada proses recording, walaupun tidak ada temannya, masih bisa mengikuti tempo asalkan berpedoman pada "Tick..Tock..Tick..Tock" dari metronome. Temponya cenderung datar, dari awal sampai akhir. Hanya hitungan perempatnya yang dibagi2, supaya berkesan berbeda dinamikanya, padahal sama saja.
    Sedangkan musik gamelan seolah menggunakan keselarasan antar seluruh anggota musisinya untuk membangun irama yang harmoni. Temponya melambat atau semakin cepat secara berbarengan, dinamikanya terasa... walaupun tanpa adanya seorang conductor.
    Pengalaman saya pernah iseng2 mencoba menabuh instrumen kendhang dengan semua pengetahuan irama yang saya pelajari saat belajar musik modern, namun koq tidak cocok2. Apa mungkin tidak pada tempatnya.
    Nyuwun ngapunten, mohon petunjuk, & terimakasih Bapak.

    Awang D.

    ReplyDelete
  7. tul sekali p. awang belajar kerawitan diutamakan kepandaian merakit harmoni rasa, yang bisa diperoleh dengan melatih kontrole emosi, belajar pasrah mengikuti alur irama kehidupan.

    ReplyDelete
  8. Selamat pagi bapak,mohon maaf jika pertanyaan saya tidak sesuai dengan topik, apa benar ada ketentuan bahwa garis keturunan seseorang ( darah biru ) akan sangat mempengaruhi kecepatan penguasaaan dalam memainkan gamelan.Ada seorang sesepuh adat jawa di Dampit yang memaparkan hal ini saat mengajarkan Gamelan.Nyuwun Agungin Pangarsami, Nyuwun Pitutur, Matur Suwun Bapak.

    Hendro - TT Dampit

    ReplyDelete
  9. Terima Kasih Untuk artikel alat musiknya Mas bro, Akhirnya selesai juga tugas saya ow yah jangan lupa kunjungi juga saya di http://belajarblog53.blogspot.com
    kalau lagi cari makalah ada, karya tulis ilmiah, bahkan skripsi juga ada. dan kalau mau memperdalam blog biar dapat dolar dari google adsense tutorialnya saya juga ada
    http://belajarblog53.blogspot.com

    ReplyDelete
  10. dalam keterangan diatan "Slendro memiliki 5 nada per oktaf, yaitu: 1 2 3 4 5 6 [C-D E+ G A] dengan perbedaan interval kecil." setau saya gamelan slendro tidak ada nada 4, saya yang salah menangkap atau salah tulis ya pak? nuwun

    ReplyDelete
  11. Dftr pustaka ttg filosofi alat" musik gamelannya mna itu?

    ReplyDelete
  12. YUK SOBAT BURUAN BERGABUNG BERSAMA AGEN BANDAR KARTU ONLINE
    TERBESAR DAN TERPERCAYA. GAK NYESAL DEH BERMAIN DISINI
    BANYAK SEKALI KEUNTUNGAN SELAMA KAMU BERMAIN DI ZOYA99.COM
    * PENDAFTARAN GRATIS DAN MUDAH
    * DEPO&WD HANYA 20RIBU
    * PERMAINAN YANG SANGAT FAIRPLAY TANPA BOT
    * DAPAT BERMAIN MELALUI HP KESAYANGAN KAMU
    * BONUS ROLINGAN TERBANYAK
    * BONUS REFERALL TERBESAR
    * PROSES DEPO&WD YANG SUPER CEPAT
    BANK YANG AKTIF
    MANDIRI-BNI-BRI-DANAMON-BCA
    INFO
    BBM: D8B82A86
    LINE: zoya_qq
    WA: +85515370075

    CERITA SEX: http://zoyasex.blogspot.co.id/2017/11/perawan-gadis-pkl-hilang-bersamaku.html

    ReplyDelete